PEMBUATAN BUKU PRAKTIS KODEFIKASI DIAGNOSIS PENYAKIT BERDASARKAN BUKU ICD-10 DI PUSKESMAS DINOYO KOTA MALANG ABSTRAK Sistem klasifikasi penyakit merupakan pengelompokan penyakit-penyakit yang sejenis dengan International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem Tenth Revisions ICD-10 untuk istilah penyakit dan masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Penerapan pengodean harus sesuai ICD-10 guna mendapatkan kode yang akurat karena hasilnya digunakan untuk mengindeks pencatatan penyakit, pelaporan nasional dan internasional morbiditas dan mortalitas, analisis pembiayaan pelayanan kesehatan, serta untuk penelitian epidemiologi dan klinis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keakuratan kode diagnosis penyakit berdasarkan ICD-10 di Puskesmas Dinoyo Kota Malang pada tahun 2021. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian secara cross sectional. Populasi obyek dalam penelitian ini adalah seluruh berkas rekam medis pasien rawat jalan pada periode bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2021 sedangkan populasi subyeknya adalah seluruh dokter dan perawat. Sampel pada penelitian ini berjumlah 385 berkas rekam medis dengan menggunakan teknik simple random sampling sedangkan sampel subyeknya adalah 2 orang dokter dan 2 orang perawat. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah kode yang akurat sebanyak 174 kode 45,2%, dan tidak akurat sebanyak 211 kode 54,8%. Ada beberapa faktor penyebab ketidakakuratan kode diagnosis di Puskesmas Dinoyo Kota Malang diantaranya tidak sesuainya kualifikasi SDM yang bertugas untuk mengode diagnosis, tidak adanya Standard Operating Procedure SOP untuk pengodean diagnosis, data diagnosis dan kodenya yang ada di sistem informasi manajemen puskesmas SIMPUS tidak lengkap, serta tidak optimalnya penggunaan buku ICD-10 sebagai panduan untuk mengode diagnosis penyakit. Kata Kunci ICD-10, keakuratan kode diagnosis, puskesmas. ABSTRACT The disease classification system is a grouping of similar diseases with the International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problem Tenth Revisions ICD-10 for terms of diseases and problems related to health. The application of coding must comply with ICD-10 in order to obtain an accurate code because the results are used for indexing disease records, national and international reporting of morbidity and mortality, analysis of health care costs, as well as for epidemiological and clinical research. The purpose of this study was to determine the accuracy of the disease diagnosis code based on ICD-10 at the Dinoyo Public Health Center, Malang City in 2021. This study used a qualitative type of research with a cross sectional design. The object population in this outpatient study were all outpatient medical record files in the period from January to June 2021, while the subject population was all doctors and nurses. The sample in this study found 385 medical record files using simple random sampling technique while the sample subjects were 2 doctors and 2 nurses. The results of the analysis show that the number of accurate codes is 174 codes and 211 codes are not accurate There are several factors that cause the inaccuracy of the diagnosis code at the Dinoyo Public Health Center, Malang City, including the incompatibility of HR qualifications to code the diagnosis, the absence of a Standard Operating Procedure SOP for diagnosis coding, the diagnosis data and the code in the puskesmas management information system SIMPUS is incomplete. , and the use of the ICD-10 book is not optimal as a guide for coding disease diagnoses. Keywords ICD-10, accuracy of diagnosis code, puskesmas. UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI PENGENDALIAN DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP DI PUSKESMAS ARDIMULYO SINGOSARI
Bilagangguan somatoform merupakan bagian dari kelainan psikiatrik lain, dokter harus mengintervensi dengan tepat. 8. Dokter perlu menjadwalkan pertemuan yang reguler sebagai follow-up. Pertemuan dapat singkat saja, misalnya 1 kali setiap bulan selama 5 – 10 menit, terutama untuk memberi dukungan dan reassurance.
Saat ini, di berbagai pusat layanan kesehatan, baik di rumah sakit ataupun di puskesmas, pengkodean berbagai diagnosis penyakit termasuk penyakit gigi dan mulut, hasus disesuaikan dengan standar ICD. Apakah ICD itu? ICD adalah singkatan dari International Classification of Diseases, merupakan alat diagnostik standar internasional untuk epidemiologi, serta tujuan manajemen kesehatan dan klinis. Secara resmi dinamai sebagai International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems. ICD dikelola oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO. ICD dirancang sebagai sistem klasifikasi perawatan kesehatan, menyediakan sistem kode diagnostik untuk mengklasifikasikan penyakit, termasuk klasifikasi dengan berbagai tanda, gejala, temuan abnormal, keluhan, keadaan sosial, dan penyebab cedera atau penyakit luar. Sistem ini dirancang untuk memetakan kondisi kesehatan ke kategori generik yang sesuai disertai dengan variasi spesifik, menetapkan kode yang ditunjuk, hingga terdiri dari enam karakter. Dengan demikian, kategori utama dirancang untuk mencakup serangkaian penyakit serupa. ICD diterbitkan oleh WHO dan digunakan di seluruh dunia untuk statistik morbiditas dan mortalitas, sistem penggantian, dan dukungan keputusan otomatis dalam pelayanan kesehatan. Sistem ini dirancang untuk mempromosikan komparabilitas internasional dalam pengumpulan, pengolahan, klasifikasi, dan penyajian statistik. Analoginya seperti Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders yang hanya terbatas digunakan pada gangguan kejiwaan, ICD adalah proyek besar yang secara statistik mengklasifikasikan semua gangguan kesehatan, dan memberikan panduan diagnostik. Sejarah ICD Di tahun 1860, pada saat kongres statistik internasional yang diadakan di London, Florence Nightingale membuat sebuah proposal yang menghasilkan pengembangan model pertama pengumpulan data rumah sakit secara sistematik. Pada tahun 1893, seorang dokter Prancis, Jacques Bertillon, memperkenalkan Bertillon Classification of Causes of Death pada sebuah kongres Institut Statistik Internasional di Chicago. Sejumlah negara dan kota mengadopsi sistem Bertillon, yang didasarkan pada prinsip membedakan antara penyakit umum dan yang terlokalisasi ke organ atau daerah anatomis tertentu, seperti yang digunakan di Kota Paris untuk mengklasifikasikan kematian. Revisi berikutnya merupakan sintesis klasifikasi untuk bahasa Inggris, Jerman, dan Swiss, yang berkembang dari 44 judul aslinya menjadi 161 judul. Pada tahun 1898, American Public Health Association APHA merekomendasikan bahwa Kanada, Meksiko, dan Amerika Serikat juga mengadopsinya. APHA juga merekomendasikan untuk merevisi sistem setiap sepuluh tahun untuk memastikan sistem tetap berjalan sesuai dengan kemajuan praktik medis. Akibatnya, konferensi internasional pertama yang merevisi International Classification of Causes of Death dilakukan pada tahun 1900, dengan revisi terjadi setiap sepuluh tahun setelahnya. Pada saat itu, sistem klasifikasi dimasukkan dalam satu buku, yang mengandung Alphabetic Index dan juga Tabular List. Revisi yang diikuti mengandung sedikit perubahan, sampai revisi keenam dari sistem klasifikasi. Dengan revisi keenam, sistem klasifikasi diperluas menjadi dua jilid. Revisi keenam mencakup kondisi morbiditas dan mortalitas, dan namanya dimodifikasi untuk mencerminkan perubahan International Statistical Classification of Diseases, Injuries and Causes of Death ICD. Sebelum revisi keenam, tanggung jawab untuk revisi ICD diberikan kepada sebuah Komisi Campuran, yaitu sebuah kelompok yang terdiri dari perwakilan dari Institut Statistik Internasional dan Organisasi Kesehatan Liga Bangsa-Bangsa. Pada tahun 1948, WHO bertanggung jawab untuk mempersiapkan dan menerbitkan revisi ke ICD setiap sepuluh tahun. ICD direvisi secara berkala dan saat ini sudah sampai pada revisi kesebelas. ICD saat ini merupakan sistem klasifikasi statistik yang paling banyak digunakan untuk penyakit di dunia. Selain itu, beberapa negara, termasuk Australia, Kanada, dan Amerika Serikat, telah mengembangkan adaptasi mereka sendiri terhadap ICD, dengan lebih banyak kode prosedur untuk klasifikasi prosedur operasi atau diagnostik. Saat ini, sistem kesehatan di Indonesia juga mulai mengadopsi sistem pengkodean ICD. Penggunaan ICD dalam Kedokteran Gigi ICD bertujuan untuk membingkai kesehatan global, Sustainable Development Goals SDGs 2016-2030 dan realitas yang terjadi di berbagai negara. Presentasi oleh WHO yang berfokus pada prioritas data global, terutama target kesehatan di era SDG, menunjukkan peningkatan perhatian terhadap penyebab kematian dan morbiditas spesifik di semua negara, dan peran dan nilai ICD dalam konteks data saat ini dan di masa depan. Dalam dunia kedokteran gigi sendiri, pengkodean ICD masih beradaptasi pada ICD-10-CM yang diimplemetasikan sejak 1 Oktober 2015. ICD-10-CM sendiri adalah revisi ke-10 untuk International Classification of Diseases ICD, Clinical Modification CM. Tujuan utamanya adalah pelacakan epidemiologi penyakit dan cedera. ICD-10-CM adalah Health Insurance Portability & Accountability Act 1996 HIPAA sebagai kode diagnostik standar yang ditetapkan untuk digunakan dalam transaksi elektronik seperti klaim elektronik. Dalam pengajuan klaim gigi, kode CDT digunakan untuk menginformasikan kepada pihak yang membayar biaya perawatan tentang prosedur apa yang dilakukan. Kode diagnostik akan mengidentifikasi mengapa prosedur itu dilakukan, dengan menginformasikan pembayar tentang penyakit terkait, gejala atau kelainan yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Apa yang harus dokter gigi siapkan? Dengan pemahaman bahwa kebanyakan dokter gigi pada akhirnya perlu melaporkan kode diagnosis, langkah-langkah dasar berikut disarankan untuk dilakukan Biasakan diri Anda dengan kode ICD-10 yang paling umum digunakan dalam kedokteran gigi. Tinjau kembali dokumentasi klinis Anda. Dokumentasi klinis yang akurat penting untuk perawatan pasien dan melaporkan kode diagnosis yang benar. ICD-10 memerlukan informasi yang sangat spesifik dalam catatan klinis, bukan diskusi verbal dengan dokter gigi. Untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut mengenai pengkodean ICD dalam kedokteran gigi, akan dibahas dalam artikel selanjutnya. Sumber International Classification of Diseases ICD ICD Codes in State Medicaid Dental Claims Submission ICD-10-CM and Its Impact on Dentistry Visited 541 times, 1 visits today410 D3 - Kesehatan Masyarakat 4 11 D3 - Sanitarian 4 12 D1 - Sanitarian 4 88 Tenaga Kesehatan Masy. Lainnya 4 99 Total () 1 Psikotes 2 Konsultasi 3 Terapi Medikamentosa 4 Elektro Medik 5 Psikoterapi 6 Play Therapy 7 Rehabilitasi Medik Psikiatrik 99 TOTAL. KODE ICD 10. DESKRIPSI. Baru (4+5) Kunjungan. Laki-Laki Perempuan. 10 DaftarIsi Pelatihan Akreditasi Puskesmas Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)TUJUANMATERI Pelatihan Akreditasi Puskesmas Dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Kepada Yth. Direktur Rumah Sakit,Kabag. Organisasi RS. Kabag. Organisasi Sekretariat RS,1. Direktur/ Wakil Direktur Rumah Sakit, Dokter Rumah Adaanak yang mungkin memiliki pertumbuhan cepat dan ada juga yang lebih lambat. Umumnya, pertumbuhan anak usia 6-12 tahun berjalan stabil, tidak secepat pada masa bayi dan masa remaja. Sehingga, pertambahan berat dan tinggi badan anak pada saat ini berjalan perlahan. Rata-rata, berat badan anak akan bertambah sebesar 3-3,5 kg per tahun Padasistem bisa menambahkan diagnosa pasien terstandar ICD 10 dengan melakukan pencarian singkat menggunakan kode ataupun dengan mengetikkan Melaluikode ini, tenaga medis bisa menentukan jenis penyakit beserta cara penanganannya. Sebagai informasi, ICD 10 atau International Classification of Disease 10 GS7g.